Pembelajaran yang Baik dengan Cara Unik


Minat baca buku di Indonesia rendah dibandingkan dengan membaca di dunia maya. Hal itu disampaikan  Sugiono, M.Pd. seorang pengajar praktik yang menjadi pemateri Semeja Daring. Acara tersebut diselenggarakan oleh Penerbit Jagat Litera pada hari tanggal 21-22 Februari 2025. Sugiono berkesempatan mengisi kegiatan pada hari pertama.

 

Tema Semeja Daring kali ini adalah Menyusun Pembelajaran Mendalam yang Terintegrasi. Selaras dengan hal tersebut, Sugiono menyampaikan materi pembelajaran yang efektif dan kolaboratif. Semeja Darig kali ini memang berfokus pada pembelajaran karena peserta yang mengikuti adalah para tenaga pendidik.

 

Seperti di awal, Sugiono menjelaskan minat baca di Indonesia. Untuk membangun suasana, beliau menampilkan gambar yang sesuai dengan kasus minat baca di Indonesia. Gambar yang ditampilkan terdapat buku yang membantu seorang anak terkapar akibat tenggelam di dunia maya. Sugiono meminta peserta memberi komentar. Peserta yang berkomentar ternyata sepakat berpendapat bahwa buku dapat menyelamatkan seseorang dari candunya dunia maya.

 

Gambar tersebut merepresentasikan bahwa saat ini masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya. Bahkan mereka tidak menyadari sampai menyelam terlalu dalam dan sering kali hanyut. Sugiono menegaskan, buku dapat menjadi media pembantu dan penyelamat. Hal ini pun juga beriringan dengan pengelihatan tentang peluang. Seseorang yang banyak membaca buku dapat memanfaatkan peluang lebih baik.

 

Perkembangan teknologi memang penyebab dari peristiwa tersebut. Munculanya gawai dengan perangkat pendukung yang membuat semua pihak harus ikut berkembang. Terkadang, beberapa pihak masih menggunakannya secara berlebihan tanpa pemilahan yang baik. Alhasil, orang tersebut menjadi kecanduan pada dunia maya. Namun, kemajuan teknologi tidak hanya berpengaruh pada kebiasaan sosial seseorang. Teknologi juga membuat kegiatan pembelajaran berubah. Dulunya pedagogi, atau pembelajaran secara tradisional yang dilakukan dalam kelas dari guru ke murid. Sekarang menjadi heutagogi, pembelajaran mandiri yang dilakukan siswa dari mana saja dengan informasi yang didapat tidak hanya dari guru, tetapi juga pendapat ahli maupun sumber informasi daring.

 

Perkembangan tersebut mengharuskan para pendidik melakukan inovasi. Bertujuan untuk menyesuaikan zaman dan juga mendampingi para siswa agar dapat belajar dengan maksimal. Sugiono menyampaikan bahwa lima prinsip inovasi menurut Peter M, yaitu inovasi memerlukan analisis kesempatan, inovasi bersifat konseptual dan perseptual, inovasi bersifat sederhana dan terarah, inovasi harus dimulai dari kecil, dan inovasi haru diarahkan sebagai suatu perubahan. Hal tersebut diharapkan dapat menggugah para pendidik yang menjadi peserta Semeja Daring untuk melakukan inovasi.

 

Sugiono juga menyampaikan agar para pendidik tidak terbawa arus globalisasi yang terkadang tidak diikuti dengan kesadaran penggunanya. Peran guru yang kemungkinan dapat digantikan oleh internet seperti AI, Youtube, dan sebagainya, memanglah mengkhawatirkan. Namun, beberapa hal yang tidak dapat dilakukan teknologi seperti membangun relasi, semangat dan menginspirasi. Itulah yang dapat dijadikan semangat para pendidik agar terus berjuang demi para penerus bangsa. Dengan cara yang berupa touching the heart, tidak hanya menumbuhkan sosok yang pintar, tetapi juga sosok yang peduli, simpati dan juga bertanggung jawab.

 

Mendidik para siswa dengan prinsip touching the heart dapat dilakukan dengan pembelajaran kolaboratif. Yaitu pembelajaran kolaborasi antara orang dewasa di sekolah dengan tujuan pencapaian besar murd terhadap karakter dan kualitas sekolah dibandingkan faktor lain. Sugiono menyampaikan bahwa pembelajaran kolaboratif: sport-science dapat didesain dengan beberapa unsur. Unsur-unsurnya adalah, identifikasi konseptual, menentukan tujuan pembelajaran, planning tools, konfirmasi area multidisiplin, pertanyaan panduan, pengetahuan dan skill prioritas, identifikasi strategi/pengalaman belajar, asesmen dan kriteria, dan refleksi serta umpan balik. Unsur-unsur tersebutlah yang diharap dapat mewujudkan pembelajaran kolaboratif.

 

Sebagai pemateri Sugiono bukan hanya memberikan pengetahuan, melainkan juga motivasi para peserta. Beliau juga menyampaikan bahwa salah satu peran guru adalah menciptakan lingkungan belajar yang mengundang untuk belajar. Hal ini dimaksudkan agar setiap guru dan para pendidik dapat membuat para muridnya nyaman sehingga ingin untuk belajar. Dengan begitulah, para penerus bangsa akan terus tumbuh menjadi pribadi yang cerdas.


(*) Artikel ditulis oleh Rahma Rohima Khulaidah

0 Komentar